Pages

Monday, May 27, 2013

Hama dan Penyakit Tanaman Mangga

September - Desember setiap tahun, buah mangga banyak kita jumpai di gerai buah hampir di semua pusat perbelanjaan yang mewah maupun di pasar tradisional. Sentra-sentra produsen mangga seperti Probolinggo dan Indramayu, pada bulan-bulan tersebut terjadi panen raya.

Tetapi perlu diingat bahwa buah mangga varietas Arumanis yang mempunyai aroma khas dan rasanya manis itu, bisa melengkapi sebagai buah hidangan maupun jus di meja makan kita, tidak terlepas dari perjuangan para petani dalam mengendalikan hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman buah mangga. Bagaimana pengendaliannya?

Sebagai negara yang beriklim tropis dan keanekaragaman agroklimat, Indonesia mampu menghasilkan hampir semua jenis buah tropika dan sub tropika termasuk mangga. Diluar sentra-sentra produsen mangga seperti Probolinggo dan Indramayu, tanaman mangga dapat dijumpai di hampir setiap pekarangan rumah tangga.

Kabupaten Probolinggo misalnya, mangga dijadikan sebagai komoditas unggulan, usahatani mangga di wilayah tersebut dapat menghidupi 348 kelompok tani dan keluarganya. Varietas mangga yang dikembangkan adalah Arumanis, Manalagi, dan lain-lain. Mangga Probolinggo terutama varietas Arumanis sangat populer bahkan sudah dipasarkan sampai ke luar negeri seperti ke Singapura.

Hama yang sering mengganggu tanaman buah mangga antara lain penggerek pucuk yang disebabkan oleh larva Sternochetus geniocnemis. Hama ini menyebabkan ranting tanaman mati kering karena jaringan pembuluh kayu rusak akibat gerekan larvanya.

Sedangkan pengendaliannya dapat dilakukan penyemprotan dengan menggunakan insektisida kontak pada bagian ranting. Masih banyak hama dan penyakit lain yang dapat menimbulkan kerugian bagi petani mangga. Informasi ini dapat menambah pengetahuan anda dan mengetahui bagaimana cara pengendaliannya.

Sumber : Puslitbang Hortikultura

Tuesday, May 21, 2013

Budidaya Sayuran di Pekarangan

Budidaya sayuran di pekarangan bukan merupakan hal baru. Praktik pemanfaatan demikian sudah lama dilakukan terutama di pedesaan. Namun demikian, seiring berjalannya waktu kebiasaan tersebut semakin ditinggalkan, dan banyak pekarangan di pedesaan justru tidak dimanfaatkan, dibiarkan terlantar dan gersang.
Bertolak belakang dengan kecenderungan tadi, jumlah penduduk akhir-akhir ini terus mengalami peningkatan sehingga kebutuhan bahan pangan semakin bertambah. Pemenuhan kebutuhan pangan tersebut banyak menemui permasalahan, diantaranya adalah fenomena perubahan iklim global yang berpengaruh pada tingkat produksi dan distribusi bahan pangan.

Penyempitan lahan pertanian akibat penggunaan di bidang non pertanian, dan tingginya tingkat degradasi lahan sehingga menyebabkan berkurangnya hasil panen juga menjadi permasalahan. Oleh sebab itu, strategi baru dalam pemenuhan bahan pangan (sayuran) perlu dikembangkan. Salah satunya melalui pemanfaatan lahan pekarangan.

Berbeda dengan lahan pertanian secara umum, pekarangan rumah memiliki luasan yang relatif sempit, bersentuhan langsung dengan penghuni rumah, serta memiliki peran yang sangat kompleks. Oleh sebab itu, pemanfaatannya dalam budidaya sayuran harus direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi optimal, baik dalam hal tingkat produksi maupun dalam pemanfaatan lainnya di rumah tangga.
Beberapa prasyarat yang harus dipenuhi antara lain, harus memiliki nilai estetika atau keindahan sehingga selain dapat dimakan juga dapat mempercantik halaman rumah.

Strategi yang dapat dilakukan seperti pengaturan jenis, bentuk, dan warna tanaman. Selain itu, model yang digunakan sebaiknya bersifat mobile atau mudah untuk dipindahkan.

Hal ini diperlukan guna mengantisipasi pemanfaatan dan penataan pekarangan. Model budidaya yang dapat memenuhi kriteris demikian adalah model budidaya secara vertikal atau vertikultur dan budidaya dalam pot.
Informasi lebih lanjut mengenai budidaya sayuran secara vertikultur dan pot, klik di sini.
Sumber : BPTP Sulawesi Selatan

Sunday, May 12, 2013

Cara Membasmi Ulat Bulu Pada Tanaman

Tanaman buah anda diserbu kawanan ulat bulu ? tidak usah bingung.
Ulat bulu ternyata bisa diatasi dengan cara yang sederhana. Tidak perlu biaya besar atau upaya yang spektakuler untuk membasmi ulat bulu itu.
Cara untuk mengatasi ulat bulu yang cukup jitu ini ditemukan oleh seorang petani di kawasan Bogor. Petani itu membuat bioinsektisida alami untuk membunuh ulat bulu dengan mencampurkan 100 ml minyak wangi, 500 gram tepung kanji dan 20 liter air. 

Cara ini cukup sederhana bukan? Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan oleh petani tersebut serta warga setempat dengan menyemprotkan cairan yang telah diberi minyak wangi dan tepung kanji pada pohon mangga maupun tanaman lain yang diserang oleh ulat bulu. 

Diketahui bahwa ulat bulu tersebut akan mati setelah 15-30 menit disemprot dengan cairan tersebut. Pemanfaatan cairan ini untuk mengatasi outbreak ulat bulu apabila dihitung dari investasi waktu dan biaya juga cukup cepat, mudah dan murah dilakukan. 

Biaya yang dibutuhkan tidak lebih dari 20 ribu rupiah dan cairan pembasmi ini diperkirakan mampu digunakan untuk membasmi ulat bulu di wilayah pertanian maupun perkebunan dengan radius 20 hektar. (Catatan: dengan asumsi 1 liter cairan untuk setiap hektarnya).

Mengapa ulat bulu dapat mati �hanya� dengan disemprot cairan yang telah diberi tepung kanji dan minyak wangi ? 

Bahan wewangian juga terkandung senyawa-senyawa yang bersifat toksik bagi beberapa jenis serangga. Senyawa-senyawa itu diantaranya aseton, etanol, etil asetat, fenol, ester, benzaldehide, karbitol, benzil alkohol, kamper, metilen klorida, 3-butane-2-one, siklopentana-2-benzopiran, Hidrosinamaldehid. 

Senyawa-senyawa tersebutlah yang disinyalir mampu mematikan populasi ulat bulu dengan merusak sistem pencernaan dan sistem saraf.Tenang saja para pembaca dalam kadar (konsentrasi yang kecil) senyawa-senyawa tersebut tidak bersifat toksik dan relatif aman apabila terhirup oleh manusia, akan tetapi yang sangat tidak dianjurkan adalah meminumnya.

Sementara itu pemanfaatan tepung kanji dalam pembuatan cairan ini diperuntukkan untuk menarik ulat bulu. Hal ini disebabkan tepung kanji mengandung senyawa pati (amilosa dan amilopektin) yang sangat disukai oleh ulat bulu sebagai sumber makanan utama yang penting bagi pertumbuhan ulat bulu tersebut.

sumber: http://netsains.net

Friday, May 3, 2013

Mengenal Teknik Budidaya Hydroponic

Hidroponik merupakan budidaya tanaman tanpa menggunakan media tanah (soiless).  Hidroponik berasal dari dari kata �Hydroponic�, yang di dalam bahasa Yunani terbagi menjadi dua kata, yaitu hydro dan ponous.  Hydro berarti air dan ponous berarti kerja. Sesuai arti tersebut, maka bertanam secara hidroponik merupakan teknologi bercocok tanam yang menggunakan air, nutrisi, dan oksigen.

Banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan sistem berkebun hidroponik. Di antaranya, produksi tanaman lebih tinggi, lebih terjamin dari hama dan penyakit, tanaman tumbuh lebih cepat dan pemakaian pupuk lebih hemat, bila ada tanaman yang mati, bisa dengan mudah diganti dengan tanaman baru, dan tanaman memberikan hasil yang kontinu.


Jenis tanaman yang dapat dibudidayakan dengan teknik hidroponik adalah jenis sayuran (baik daun dan buah, seperti: Bayam, Pakcoy, Sawi, Kangkung, Tomat, Cabai, Paprika, dll); jenis tanaman bunga; tanaman buah: Melon, Strawberry, dll; dan bahkan sampai dengan tanaman obat untuk keluarga, seperti: Binahong, Pegagan, Sendok-sendokan, dll.

Pada budidaya hidroponik, semua kebutuhan nutrisi diupayakan tersedia dalam jumlah yang tepat dan mudah diserap oleh tanaman.  Nutrisi itu diberikan dalam bentuk larutan yang bahannya dapat berasal dari bahan organik maupun anorganik. Pada pertanian hidroponik nutrisi sangat menentukan keberhasilan, karena tanaman mendapat unsur hara dari apa yang diberikan.

Terdapat pupuk hidroponik yang siap pakai di pasaran, ini akan lebih mudah, tinggal dicampur dengan air dan aplikasikan. Contoh pupuk yang ada di pasaran adalah pupuk AB Mix, Ferti-Mix, dll.  Pupuk ini mengandung unsur hara mikro dan makro yang diperlukan oleh tanaman. Pupuk tersebut diformulasikan secara khusus sesuai dengan jenis dan fase pertumbuhan tanaman.

Keistimewaan nutrisi hidroponik ini yaitu selain mengandung semua unsur hara yang diperlukan tanaman, adalah menggunakan bahan � bahan yang 100% dapat larut dalam air. Cara penggunaannya pun juga sangat praktis dan dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama.
sumber artikel: http://staff.unila.ac.id

Thursday, May 2, 2013

Hama Tanaman Semangka dan Pengendaliannya

Kutu Putih
Hama kutu putih (Pseudococcus sp.) berbentuk bulat, berwarna kehijauan dan tubuhnya diselimuti oleh lapisan lilin berwarna agak keputihan. Kutu putih menyerang tanaman semangka dengan cara mengisap cairan daun. Kotorannya yang manis dapat mendatangkan semut. 

Serangan kutu putih dapat membuat daun menjadi keriting dan merana. Bunga dan buah dapat menjadi rontok. Kutu putih juga menjadi penyebar penyakit embun jelaga. Untuk memberantas kutu putih harus dilakukan juga pemberantasan semut yang menjadi alat penyebarannya. Pemberantasan dilakukan menggunakan insektisida dan akarisida. 

Thrips (Thrips parvispinus)
Gejala serangan ditandai dengan munculnya bercak keperakan pada daun semangka. Daun yang terserang menjadi keriting karena cairannya diisap. Thrips dapat menjadi vektor berbagai virus, seperti TMV dan PMV. Perkembangbiakan Thrips secara aseksual (tak kawin) sehingga penyebarannya sangat cepat. 

Ulat Daun ((Ulat Grayak (Spodoptera sp) dan Ulat Jengkal (Plusia sp) 
Serangan ulat membuat daun semangka berlubang atau bahkan hanya tersisa tulang daunnya. Hal ini menyebabkan terganggunya pertumbuhan tanaman akibat fotosintesis terhambat. Pengendalian secara mekanis dengan mengambil ulat satu per satu, atau dengan cara kimiawi menggunakan insektisida. Dapat juga dengan cara menjaga sanitasi kebun dan menggunakan perangkap ulat. 

Kutu Daun (Myzus percicae) 
Kutu daun menyerang tanaman semangka dengan cara menghisap cairan daun, menyebabkan daun menjadi keriput, kekuningan, dan terlilit. Tanaman yang terserang menjadi kerdil. Kutu daun menyebarkan penyakit tungau, embun jelaga, virus dan mendatangkan semut. Pengendalian dilakukan dengan cara menyemprotkan insektisida berbahan aktif imidalkloprid, fipronil, dan protiofos secara bergantian. 

Semut dan Belalang 
Semut dan belalang biasanya menyerang bibit tanaman semangka di persemaian. Kedua jenis hama ini memakan bibit hingga rusak dan tidak dapat ditanam kembali atau hingga bibit mati. Serangan semut dan belalang bisa ditanggulangi dengan menggunakan insektisida racun kontak atau perut atau dengan menyebarkan insektisida berbahan aktif karbofuran seperti Furadan 3G, Petrofur, dan Curater di media persemaian.
 

Sample text

Sample Text

Sample Text