Friday, May 27, 2011
Budidaya Terong Ungu
Karena kegiatan sampingan, jarang ada petani yang serius menggarapnya. Sehingga produktivitasnya pun hanya sekedarnya saja. Belum sampai pada tataran produktivitas tinggi, sebagaimana komoditas pertanian lainnya.
Budidaya terong ungu sebetulnya tidaklah terlalu sulit. Terlebih untuk wilayah yang berada di dataran tinggi. Karena terong ungu dapat tumbuh dengan baik pada suhu udara 22 - 30 derajat celsius.
Terong ungu dapat tumbuh pada semua jenis tanah. Tetapi yang paling baik pada tanah lempung berpasir dengan derajat keasaman (Ph) 6,8 sampai 7,7 , kaya bahan organik, memiliki aerasi dan drainase yang baik.
Dalam pertumbuhannya, terong ungu juga membutuhkan pencahayaan yang cukup. Karena itu, sangat pas untuk dibudidayakan pada saat musim kemarau, sebagai tanaman sela. (ibutani)
Thursday, May 19, 2011
Cara Pengendalian Ulat Bulu
A. submarginata merupakan spesies khas dan spesifik Probolinggo yang hingga saat ini belum ditemukan di wilayah lain. Ulat bulu banyak sekali jenis, pada keluarga Lymantriidae saja terdapat ribuan jenis.
Selain keluarga Lymantriidae, seperti Cricula trifenestrata dari keluarga Saturniidae banyak terdapat pada pohon alpukat, jambu mente, kedondong, dan Maenas maculifascia dari keluarga Arctiidae banyak terdapat pada tanaman kenanga/ylang-ylang.
Menurut laporan dari 33 provinsi selain di Probolinggo, populasi ulat bulu masih rendah dan hanya ditemukan di beberapa pohon saja. Jenis ulat berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lain. Hal ini merupakan kejadian dinamika populasi hama.
Berdasarkan uraian di atas, masyarakat tidak perlu panik, namun tetap waspada untuk mengantisipasi kemungkinan peningkatan populasi sehubungan dengan dampak dari perubahan iklim (Climate change) dan pemanasan global (Global warming) terhadap pola hidup dan tingkah laku serangga, khususnya ulat bulu.
Kondisi Lapangan
Berdasarkan pengamatan dari lapangan, serangan ulat bulu ditemukan di beberapa lokasi di Indonesia terutama di Jawa Timur (Probolinggo,Banyuwangi, Pasuruan), Jawa Barat (Bekasi), DKI Jakarta (Tanjung Duren), Jawa Tengah (Pati, Magelang) dan DI Yogyakarta. Serangan ulat bulu di berbagai daerah ada yang sama, ada yang berbeda spesiesnya menurut lokasi dan jenis tanaman yang diserang.
Awal serangan ulat bulu yang terjadi di Probolinggo, dimulai awal Maret dan puncak serangan terjadi pada 6 April 2011 pada pohon mangga di 9 kecamatan secara sporadis pada malam hari dan objek serangan yang agregat (spot). Ulat menyerang daun pohon mangga dan menyebabkan daun mengering, rontok dan pohon menjadi gundul, tetapi setelah 2 minggu tanaman pulih kembali dengan keluarnya kuncup daun dengan keadaan yang lebih baik dari sebelumnya. Semua variates mangga yang ada di lapangan dapat terserang hama ini. Jumlah pohon mangga di Kabupaten Probolinggo 1.227.879 pohon, yang terserang 14.813 pohon (1,2%).
Berdasarkan pengamatan peneliti Badan Litbang Pertanian, secara umum ulat bulu yang sedang meledak di beberapa daerah di Indonesia ditengarai berasal dari satu famili Lymantriidae walaupun spesies dapat berbeda. Terdapat tiga spesies yang ditemukan yaitu (1) Lymantria sp, (2) Arctornis submarginata, (3) Dasychira inclusa namun yang dominan ada dua spesies yaitu Lymantria sp dan Arctornis submarginata.
Penyebab
Pada kondisi normal, keberadaan ulat bulu selalu ada dan terjadi fluktuasi pola serangan setiap tahun dengan populasi rendah. Namun ledakan ulat bulu yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia saat ini, ditengarai oleh gangguan ekosistem antara lain yang disebabkan oleh perubahan iklim, berkurangnya musuh alami seperti predator, parasitoid dan biotik lainnya.
Sepuluh Langkah Pengendalian Ulat Bulu
Pemantauan dan identifikasi jenis hama, stadia hama, bagian dan jenis tanaman yang diserang, tingkat/intensitas serangan, serta kondisi lingkungan untuk disampaikan kepada petugas terkait.
Lakukan pengendalian secara mekanis dengan cara mengumpulkan dan memusnahkan ulat, antara lain dengan cara dibakar atau dibenamkan dalam tanah.
Pemasangan lampu perangkap (light trap) untuk membunuh ngengat, karena ngengat aktif di malam hari dan tertarik cahaya.
Mengumpulkan pupa/kepompong dan memasukannya kedalam botol plastik yang diberi lubang-lubang, sehingga ngengat yang terbentuk tidak dapat keluar sedangkan parasit yang muncul dapat keluar dan kembali berperan di alam.
Pelihara dan lestarikan musuh alami seperti predator semut rangrang dan burung dengan cara melarang penangkapan burung dan melarang pengambilan telur semut di pohon, atau melestarikan dan memperbanyak koloni semut dengan cara memasang sarang buatan dari daun kering dan bambu.
Gunakan insektisida hayati berupa jamur, virus, bakteri, nematode, antara lain dengan cara (a). Mengumpulkan ulat yang mati terkena virus (menggelantung) dan mengaduknya dengan air, lalu menyemprotkan kembali ke ulat, (b). Mengumpulkan kepompong atau ulat yang terkena jamur (berwarna putih � jamur Beauveria dan hijau � jamur Metarhizium), lalu perbanyak di media jagung dan semprotkan ke ulat, (c). menggunakan insektisida hayati yang sudah diproduksi dan tersedia di Dinas/lembaga yang berwenang.
Pemasangan pembatas (burrier) pada batang pohon mangga berupa lem atau kain beracun, khususnya bagi ulat Arctornis yang memiliki sifat ketika malam hari naik ke bagian atas (kanopi) untuk memakan daun dan pada siang hari turun ke batang untuk bersembunyi dari serangan predator.
Jika kondisi populasi ulat sangat mengkhawatirkan dapat digunakan insektisida alami yang relatif ramah lingkungan, berupa insektisida nabati (berasal dari tumbuhan), seperti mimba, tembakau, akar tuba, piretrum, gadung, suren dan lainnya. Perlu diketahui bahwa insektisida nabati tidak menyebabkan kematian langsung seperti insektisida sintetis.
Pada kondisi kritis, maka jalan terakhir dapat digunakan insektisida kimia sintetis yang berdaya racun rendah berlabel hijau. Jangan menggunakan insektisida kimia sintetis untuk tindakan pencegahan, karena akan mengganggu keberadaan musuh alami dan mencemari lingkungan. (Ibu Tani)
(sumber: http://www.litbang.deptan.go.id/ulat-bulu)
Wednesday, May 18, 2011
Tanaman Hias Indoor sebagai penyerap zat berbahaya dalam rumah
Kehadiran tanaman hias indoor dalam ruangan rumah dapat meningkatkan nilai tambah ruangan tersebut. Juga memberikan nilai positip terhadap ruangan itu. Diantara batu dan kayu-kayu pengisi ruangan rumah, penempatan tanaman hias indoor, akan menambah keindahan dan mempermanis ruangan. Sentuhan hijau dari tanaman yang ditempatkan disudut-sudut ruangan, membuat suasana rumah menjadi asri dan segar.
Selain memberikan kesan asri, penempatan tanaman hias indoor dalam ruangan dapat difungsikan sebagai pembatas ruangan, pengarah jalan atau sebagai penutup pemandangan yang kurang baik. Banyak kurang disadari atau dimengerti oleh banyak orang, manfaat yang sangat positip dangan penempatan tanaman hias indoor dalam rumah. Selain hijau daun dapat membuat ruangan menjadi lebih segar, menambah keindahan dan enak dipandang mata. Beberapa jenis tanaman hias indoor dapat menyerap zat berbahaya (polutan) dalam ruangan. Sehingga dapat mengurangi tingkat polusi dalam rumah.
Tidak disadari, rumah yang kita tempati sehari-hari, sebenarnya terjadi polusi udara dalam ruangan. Zat polutan sebagai penyebabnya antara lain asap rokok, debu dari binatang peliharaan, bakteri, gas formaldehida yang dihasilkan oleh karpet dan papan bangunan, serta gas dari kompor. Asap rokok yang utama akan meningkatkan kandungan karbondioksida. Juga menghasilkan gas lain seperti formaldehida, hidrogen sianida dan gas lain yang dapat menyebabkan kanker.
Dengan adanya zat polutan dalam rumah, maka setiap hari akan terhirup dan masuk tubuh kita bersamaan kita bernafas. Dengan kadar yang rendah, tidak menampakkan gejala pada tubuh kita. Namun jika setiap hari zat polutan yang kita hirup bertambah terus, sehingga kadar dalam tubuh juga meningkat, maka akan menimbulkan efek yang kurang sehat. Gejala yang timbul bermacam-macam, tergantung kandungan zat polutan dalam ruangan. Gejala awal yang sering terjadi adalah sakit kepala, besin-bersin, iritasi pada mata, hidung dan tenggorokan. Dan pada kadar yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian.
Untuk menekan zat polutan berbahaya dalam ruangan rumah, diperlukan perencanaan yang matang saat pembuatan rumah. Desain ventilasi rumah harus baik, penempatan pintu, cendela dan lubang ventilasi lainnya harus tepat, sehingga sirkulasi udara dalam rumah berjalan baik. Disamping juga penempatan tanaman hias indoor dalam ruangan akan membantu mengurangi zat polutan yang ada. Beberapa jenis tanaman hias indoor dapat difungsikan sebagai penyerap udara kotor dalam ruangan antara lain : Sansiviera, Spatiphylum, Dieffenbachia, Kodaka, Lili Paris, Philodendron, palem kipas. Tanaman hias indoor tersebut dapat ditempatkan pada ruangan-ruangan yang potensi menghasilkan zat polutan seperti, ruang tamu atau ruang keluarga bila penghuninya merokok, dapur dan ruang makan yang banyak terkena asap dan gas dari kompor.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penempatan tanaman hias indoor dalam rumah dapat mengurangi resiko gangguan udara koror minimal 20% dari seluruh gangguan kesehatan. Tanaman hias indoor tesebut dapat menyerap zat polutan dalam udara, sehingga udara dalam rumah lebih bersih untuk pernafasan.
Bagaimanakah rumah anda…!! Sudahkah ditempatkan tanaman dalam ruangan..? Tidak ada kata terlambat. Mari kita mulai sekarang untuk hidup lebih sehat. Terutama untuk anak-nak kita, sebagai aset masa depan.
Tuesday, May 17, 2011
Lomba Karya Tulis & Karya Inovasi Pertanian Remaja Tingkat Nasional 2011
Lomba ini merupakan ajang kompetisi ilmiah bagi pelajar SMA dan sederajat yang memiliki ketertarikan di dunia penelitian, khususnya bidang pertanian, untuk menampung aspirasi mereka dalam menyikapi kondisi lingkungannya terutama pertanian, menganalisa potensi dan permasalahan pangan, hortikultura, perkebunan, maupun peternakan di daerah/wilayah dimana mereka tinggal untuk mencari solusi yang tepat melalui inovasi pertanian yang ramah lingkungan bagi kemandirian pangan dan peningkatan nilai tambah serta daya saing hasil-hasil pertanian daerah.
Prasyarat & Ketentuan Lomba:
Peserta adalah pelajar tingkat SLTA/SPMA/SMK/STM/Sekolah Tata Boga/Sederajat (Perorangan atau Kelompok maksimal 3 orang)
Naskah dikirim sebanyak 3 (tiga) eksemplar
Lomba dilaksanakan di masing-masing Provinsi
Seleksi Tahap I (Seleksi Materi) dan Tahap II (Presentasi) di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) tiap Provinsi
Seleksi Tahap III, Presentasi Tingkat Nasional
Kategori Lomba:
Lomba terbagi dalam dua kategori:
Karya Tulis (semi populer) merupakan hasil penelitian, pengamatan lapang dan studi literatur,
Karya Inovasi Teknologi Pertanian
Hadiah:
Pemenang I : 10 juta, Pemenang II : 7,5 juta, dan Pemenang III : 5 juta, dan masing-masing akan mendapatkan piala. Setiap finalis akan menerima piagam penghargaan
Setiap satu pendamping finalis akan mendapatkan sertifikat dari panitia
Rangkuman Kegiatan:
Penyerahan formulir beserta kelengkapan lain karya ilmiah atau karya inovasi: 17 Mei - 13 Juni 2011
Proses pembuatan karya tulis atau karya inovasi : Mei�Juli 2011
Penyerahan karya tulis atau karya inovasi lengkap (paling lambat): 1- 15 Agustus 2011
Pengumuman semi finalis tingkat propinsi : 2 September 2011
Pengumuman 10 finalis (untuk 2 kategori lomba): 7 Oktober 2011
Registrasi finalis lomba karya tulis dan karya inovasi: 25 Oktober 2011
Presentasi finalis karya tulis dan : 26 Oktober 2011
Audiensi dan field trip : 27 Oktober 2011
Pengumuman pemenang dan penyerahan hadiah oleh Menteri
Pertanian: 28 Oktober 2011.
Informasi lebih lanjut silahkan Klik Disini
Budidaya Bayam Cabut
Terdapat 3 jenis sayuran bayam, yaitu:
1. Bayam cabut, batangnya berwarna merah juga ada berwarna hijau keputih-putihan.
2. Bayam petik, pertumbuhannya lebih tegak serta berdaun lebar, warna daun hijau tua dan ada yang berwarna kemerah-merahan.
3. Bayam yang biasa dicabut dan juga dapat dipetik. Jenis bayam ini tumbuh tegak, berdaun besar berwarna hijau keabu-abuan.
Teknologi Budidaya
1. Benih
Bayam dikembangkan melalui biji. Biji bayam yang dijadikan benih harus cukup tua (+ 3 bulan). Benih yang muda , daya simpannya tidak lama dan tingkat perkecambahannya rendah. Benih bayam yang tua dapat disimpan selama satu tahun. Benih bayam tidak memiliki masa dormansi dan kebutuhan benih adalah sebanyak 5-10 kg tiap hektar atau 0,5 – 1 g/m2. Varietas yang dianjurkan adalah Giti Hijau, Giti Merah, Kakap Hijau, Bangkok dan Cimangkok.
2. Persiapan Lahan
Lahan dicangkul sedalam 20-30 cm supaya gembur. Selanjutnya buat bedengan dengan arah membujur dari Barat ke Timur agar mendapatkan cahaya penuh. Lebar bedengan sebaiknya 100 cm, tinggi 30 cm dan panjang sesuai kondisi lahan. Jarak antar bedengan 30 cm.
3. Pemupukan
Setelah bedengan diratakan, 3 hari sebelum tanam berikan pupuk dasar (pupuk kandang kotoran ayam) dengan dosis 20.000 kg/ha atau pupuk kompos organik hasil fermentasi (kotoran ayam yang telah difermentasi) dengan dosis 4 kg/m2. Sebagai starter tambahkan Urea 150 kg/ha (15 g/m2) diaduk dengan air dan disiramkan kepada tanaman pada sore hari 10 hari setelah penaburan benih, jika perlu berikan pupuk cair 3 liter/ha (0,3 ml/m2) pada umur 2 minggu setelah penaburan benih.
4. Penanaman/Penaburan Benih
Dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
Ditebar langsung di atas bedengan, yaitu biji dicampur dengan pupuk kandang yang telah dihancurkan dan ditebar secara merata di atas bedengan.
Ditebar pada larikan/barisan dengan jarak 10-15 cm, kemudian ditutup dengan lapisan tanah.
Disemai setelah tumbuh (sekitar 10 hari) bibit dibumbun dan dipelihara selama + 3 minggu. Selanjutnya dipindahkan ke bedengan dengan jarak tanam 50 x 30 cm. Biasanya untuk bayam petik.
5. Pemeliharaan
Bayam yang jarang terserang penyakit (yang ditularkan melalui tanah), adalah bayam cabut. Bayam dapat berproduksi dengan baik asalkan kesuburan tanahnya selalu dipertahankan, misalnya dengan pemupukan organik yang teratur dan kecukupan air, untuk tanaman muda (sampai satu minggu setelah tanam) membutuhkan air 4 l/m2/hari dan menjelang dewasa tanaman ini membutuhkan air sekitar 8 l/m2/hari.
6. Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
Jenis hama yang sering menyerang tanaman bayam diantaranya ulat daun, kutu daun, penggorok daun dan belalang. Penyakit yang sering dijumpai adalah rebah kecambah (Rhizoctonia solani) dan penyakit karat putih (Albugo sp.). Untuk pengendalian OPT gunakan pestisida yang aman mudah terurai seperti pestisida biologi, pestisida nabati atau pestisida piretroid sintetik. Penggunaan pestisida tersebut harus dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval dan waktu aplikasinya.
7. Panen
Bayam cabut biasanya dipanen apabila tinggi tanaman kira-kira 20 cm, yaitu pada umur 3 sampai dengan 4 minggu setelah tanam. Tanaman ini dapat dicabut dengan akarnya ataupun dipotong pangkalnya. Sedangkan bayam petik biasanya mulai dapat dipanen pada umur 1 sampai dengan 1,5 bulan dengan interval pemetikan seminggu sekali.
8. Pasca Panen
Tempatkan bayam baru panen di tempat yang teduh atau merendamkan bagian akar dalam air dan pengiriman produk secepat mungkin untuk menjaga kesegarannya.
(sumber: http://jambi.litbang.deptan.go.id)
Monday, May 16, 2011
Sinergi luar biasa budidaya jamur dengan budidaya cacing lumbricus rubellus
Alhamdulillah kami dipertemukan kembali oleh Allah SWT dengan sahabat kami di masa SMA dulu, dan ini merupakan pertemuan yang tidak disangka dan akhirnya bisa berlanjut ke sinergi yang sangat serius..
Saat ini kami sedang mengembangkan sebuah potensi pemanfaatan limbah baglog jamur tiram putih untuk selanjutnya membuat sebuah pupuk organik dari Kascing/kotoran cacing dan campuran kascing dengan berbagai bahan organik lainnya.
Pupuk organik ini nantinya sangat berkualitas tinggi terutama untuk tanaman seperti bunga-buah dan sebagainya. Kebetulan sekali di Kota Batu dan sekitarnya adalah salah satu penghasil bunga yang sangat besar.., jadi pemasaran pupuknya tidak terlalu jauh juga..
Ok.., sekarang akan kami cerita-cerita sedikit tentang budidaya cacing lubricus ini
- Karena mengandung protein yang tinggi, cacing paling umum digunakan sebagai bahan makan / pakan hewan ternak atau hewan budidaya seperti jenis burung/unggas, perikanan/ikan, kodok, udang dan sebagainya.
- Cacing juga dapat diolah sebagai bahan baku pembuatan kosmetik
- Cacing lumbricus ini sekarang juga sudah dikembangkan sebagai salah satu bahan obat karena dapat menurunkan tekanan darah. Fungsi paling umumnya adalah dapat menurunkan penyakit demam/panas dan meredakan penyakit tipus. Untuk ini biasanya cacing dikeringkan lalu di ekstrak dalam bentuk kapsul.
- Tanah sebagai media rumahnya harus mengandung banyak bahan organik, ini nantinya yang akan kita ganti dengan media gergajian dari baglog buangan. cacing menyukai bahan yang mudah membusuk karena mudah dicerna oleh tubuhnya.
- Cacing menyukai kondisi dengan ph sedikit asam dan netral yang kurang lebih 6-7. Pada kondisi ini bakteri dalam tubuh cacing dapat bekerja optimal untuk melakukan pembusukan dan fermentasi. Kondisi ini harus benar-benar diperhatikan, karena jika pada gergajian terjadi fermentasi berlebihan dan panas, maka justru dapat membunuh cacing itu.
- Kelembaban optimal di kisaran 30%
- Suhu yang disukai oleh cacing karena dapat memicu pertumbuhan cacing dan perkembangbiakannya adalah sekitar 15-25 derajat C, untuk ini tempat budidaya cacing sebaiknya terlindung dari sinar matahari langsung. Kalau bisa dibuatkan semacam rumah atau naungan sederhana sehingga terjaga suhu dan kelembabannya.
Sebaiknya memang sebelum membudidayakan dalam jumlah banyak, dicobakan dahulu.. caranya:
Namun sahabat kami ini memiliki tatacara yang berbeda untuk mengembangbiakkan cacing lumbricus, dengan berbagai percobaan sebelumnya, beliau membuat semacam kotak dari pasangan bata sederhana. Ukurannya kurang lebih 100x200x50cm. Bagian bawahnya diberi sedikit plesteran tapi yang bisa menyerapkan air. Selanjutnya cacing dibudidayakan di sini..
Budidaya cacing lumbricus menggunakan media baglog afkir.
Jika terlalu kering, siram sedikit saja agar kelembaban dan kadar airnya bertambah. Tetapi pada umumnya baglog buangan tersebut sudah memiliki kadar air yang optimal sebagai media/makanan cacing.
Nah, sekarang apa sebenarnya fungsi grajen tersebut? Untuk itu perlu sedikit dijelaskan masalah makanan/pakan cacing. Setiap harinya, cacing dapat menyerap makanan sebanyak berat tubuhnya, artinya, sebaiknya kita memberikan makanan sejumlah berat cacing yang kita budidayakan. Makanan yang paling umum diberikan adalah ampas tahu dengan perbandingan 1:1 dengan berat cacing tadi.
Lalu bagaimana dengan baglog buangan? Disinilah hebatnya gergajian hasil baglog buangan tersebut. Selain berfungsi sebagai media, kandungan gergajian yang juga mengandung nutrisi seperti bekatul dan sebagainya itu juga berfungsi sebagai makanan. Jadi, dengan memberikan gergajian dari baglog buangan, kita tidak perlu lagi setiap hari mencari ampas tahu untuk pakannya, dan pemberiannya pun bisa jadi hanya sedikit saja..
Sebagai ilustrasi pengaturan layer/lapisan pada budidaya cacing menggunakan baglog buangan, adalah sebagai berikut:
Pada gambar tersebut nampak bahwa, pemberian grajen sebagai media cacing lumbricus sebaiknya sebanding dengan berat cacing yang ada.., pada awalnya dibagi menjadi 3 layer, selanjutnya dalam waktu kurang lebih 7 hari, akan terbentuk 2 layer saja yaitu cacing lumbricus dan kascing/kotoran cacing..
Menurut pengalaman rekan kami ini, dia membuat sekitar 6 kotak dari pasangan bata dengan ukuran kurang lebih 120x200x50cm tadi. Nah, setiap kotak, InsyaALLAH bisa menghasilkan kurang lebih 80-90kg cacing lumbricus rubellus..
Hitungannya adalah sebagai berikut:
Nah bagaimana panennya..?
Saat ini saja, rekan kami meminta pasokan baglog buangan sekitar 1 ton per pekan yang artinya dibutuhkan sekitar 4 ton per bulannya. Ini masih permulaan, karena target ke depannya membutuhkan hampir 3 kali lipat yaitu sekitar 12 ton baglog buangan per bulan..
terus bagaimana solusinya..? Ini menjadi tugas saya di tim untuk mencari baglog buangan di seluruh Jawa Timur..
Kebutuhan cahaya matahari dan temperatur untuk pertumbuhan dan pembungaan tanaman anggrek
Tanaman membutuhkan cahaya matahari, termasuk tanaman anggrek. Cahaya matahari sangat terkait dengan temperatur. Cahaya matahari penuh, temperatur cenderung lebih panas. Cahaya matahari dan temperatur mempengaruhi dua proses kehidupan tanaman.
1. Proses Asimilasi :
Proses asimilasi atau juga disebut fotosintesis adalah proses pengolahan bahan dari luar tanaman seperti air, CO2, nutrisi, yang akan digunakan untuk kebutuhan hidup, memperbaiki kerusakan sel, dan sebagai sumber energi serta untuk membentuk cadangan makanan bagi tanaman.
2. Proses Disimilasi :
Proses membongkar dan menguraikan zat-zat cadangan makanan yang akan dijadikan energi panas atau energi lainnya. Proses disimilasi akan terjadi lebih giat apabila temperatur lingkungannya panas (udara panas).
Pada siang hari apabila mendung maka proses asimilasi akan berkurang. Dan bila temperatur tinggi, maka tanaman akan kehilangan cadangan makanan, karena proses disimilasi juga tinggi. Sebaliknya bila cahaya cerah dan temperatur agak rendah, maka tanaman akan terjadi pertumbuhan.
Kebutuhan cahaya matahari dan temperatur berbeda untuk setiap jenis tanaman anggrek. Ada jenis anggrek yang tidak tahan terhadap cahaya matahari langsung, misalnya Cattleya, Dendrobium atau Phalaenopsis. Namun bila cahaya matahari kurang, daun tanaman menjadi berwarna hijau tua. Pertumbuhan tanaman kurang baik. Dan bunga tidak mau keluar, juga rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Bila cahaya matahari berlebih, tanaman menjadi kekuning-kuningan, dan kadang-kadang sampai terbakar. Terjadi pembongkaran cadangan makanan yang berlebih, pertumbuhan terhambat, dan bila berlanjut tanaman akan mati.
Kebutuhan cahaya matahari (%) dan temperatur (OC) untuk beberapa jenis tanaman anggrek :
Jenis Anggrek | % cahaya matahari | Temperatur (OC) | |
Malam | Siang | ||
Cattleya | 50 ~ 60 | 13 ~ 16 | 19 ~ 24 |
Dendrobium | 50 ~ 60 | 15 ~ 16 | 25 ~ 27 |
Oncidium | 60 | 15 ~ 18 | 27 |
Paphiopedilum(daun hijau) | 10 ~ 15 | 13 | 21 ~ 25 |
Paphiopedilum(daun lurik) | 20 ~ 30 | 15 ~ 19 | 27 |
Phalaenopsis | 15 ~ 30 | 19 | 27 |
Vanda (pensil) | 100 | 21 | 28 |
Vanda (sabuk) | 30 ~ 50 | 21 | 28 |
Tom Gunadi, 1979
Yang perlu diperhatikan yaitu, sifat dan kebutuhan tiap jenis anggrek terhadap cahaya matahari. Pengaturan cahaya matahari yang sesuai dengan kebutuhannya akan membuat kehidupannya lebih baik, tumbuhan subur, warna daun hijau sehat, berbunga pada waktunya. Dan juga tidak mudah terserang hama dan penyakit.
Untuk mengatur kebutuhan cahanya matahari bisa digunakan naungan dari paranet. Saat ini sudah banyak dijual dipasaran paranet dengan ketebalan sesuai dengan persen kebutuhannya. Untuk para hobiis yang hanya mempunyai bebarapa pot saja bisa ditempatkan dibawah naungan pohon atau di teras rumah. Yang penting penempatanya disesuaikan dengan kebutuhannya.
Bagaimanakah dengan anggrek Anda..? sudahkah tumbuh normal..? berbunga tepat waktu dan sehat..? Kalau jawabannya ada sebagian yang belum, bahkan semuanya belum, coba cek kembali kebutuhan dasar diatas.
Sunday, May 15, 2011
Overwatering, bagaimana cara meminimalkan, dan menghindarinya
Sudah dijelaskan pada posting sebelumnya, bahwaoverwatering atau akibat kebanyakan air pada tanaman anggrek sangat merugikan. Tidak hanya secara finansial, tapi juga waktu. Yang jelas dengan kejadian overwatering yang tidak terkontrol akan meyebabkan tanaman terganggu pertumbuhannya dan pembungaannya. Akibat dari overwatering pada tanaman anggrek seperti busuknya akar dan suburnya pertumbuhan jamur dan bakteri. Hal inilah yang harus cepat diantisipasi oleh hobiis anggrek bila tanamannya dipelihara pada kebun terbuka.
Saat ini diseluruh wilayah Indonesia, kondisi musim yang tidak menentu, curah hujan yang tinggi, pekebun anggrek harus mempunyai perhatian lebih. Kenaikan kelembaban yang cukup tinggi harus diwaspadai. Ancaman overwatering untuk kebun terbuka harus cepat dicarikan solusi mengatasinya.
Beberapa hal yang dapat meminimalkan kejadian overwatering :
1. Pemilihan jenis pot harus tepat, pakai pot yang berlubang banyak, sehingga guyuran hujan yang diterima akan bisa kangsung tuntas terbuang dari pot. Bila pakai pot plastik, tambahkan lubang disamping dan lubang dibawah dapat diperbesar. Yang penting media tidak keluar.
2. Pakai media tanam yang tidak banyak mengikat air atau mempunyai drainase dan aerasi udara yang bagus, sehingga guyuran hujan yang terus menerus tidak tersimpan dalam pot. Hindari pemakaian media sphagnum moss atau sabut kelapa, dimana keduanya mempunyai daya ikat air yang tinggi. Media yang bisa digunakan adalah arang kayu atau pakis.
3. Draenase dan aliran udara dalam kebun harus baik. Bila terjadi hujan, airnya bisa langsung terbuang tuntas. Tidak ada genangan-genanga air dikebun. Bisa ditambahkan kipas bila aliran udara kurang baik. Hal ini akan membantu penguapan sisa-sisa air hujan.
4. Untuk mengantisipasi pertumbuhan jamur maupun bakteri, spray secara rutin, seminggu sekali, dengan fungisida dan bakterisida. Dosis sesuai aturan pembuatnya.
5. Untuk menghindari kejadian overwatering, pemeliharaan dalam green house plastik sangat disarankan. Semuanya dapat dikontrol, termasuk kebutuhan air. Disamping juga kualitas bunga yang dihasilkan akan lebih baik dari kebun terbuka.
Sebenarnya hanya satu masalah air, namun dapat meluas dan menimbulkan masalah lainnya, termasuk penyakit dan kematian. Kecepatan dan ketepatan mengatasi hal ini sangat dibutuhkan. Agar terhindar dari kerugian yang lebih besar. Kelima hal diatas mudah-mudahan dapat menjadi dasar pemikiran bagi para hobiis yang mempunyai masalah dengan overwatering. Akan lebih baik mengantisipasi lebih awal dari pada sudah terlanjur terjadi kerusakan yang lebih parah. Salam anggrek selalu…. dan selalu waspada, musim hujan ini tidak menentu kejadiannya dengan curah yang sangat tinggi.
Overwatering, bagaimana cara meminimalkan, dan menghindarinya
Sudah dijelaskan pada posting sebelumnya, bahwaoverwatering atau akibat kebanyakan air pada tanaman anggrek sangat merugikan. Tidak hanya secara finansial, tapi juga waktu. Yang jelas dengan kejadian overwatering yang tidak terkontrol akan meyebabkan tanaman terganggu pertumbuhannya dan pembungaannya. Akibat dari overwatering pada tanaman anggrek seperti busuknya akar dan suburnya pertumbuhan jamur dan bakteri. Hal inilah yang harus cepat diantisipasi oleh hobiis anggrek bila tanamannya dipelihara pada kebun terbuka.
Saat ini diseluruh wilayah Indonesia, kondisi musim yang tidak menentu, curah hujan yang tinggi, pekebun anggrek harus mempunyai perhatian lebih. Kenaikan kelembaban yang cukup tinggi harus diwaspadai. Ancaman overwatering untuk kebun terbuka harus cepat dicarikan solusi mengatasinya.
Beberapa hal yang dapat meminimalkan kejadian overwatering :
1. Pemilihan jenis pot harus tepat, pakai pot yang berlubang banyak, sehingga guyuran hujan yang diterima akan bisa kangsung tuntas terbuang dari pot. Bila pakai pot plastik, tambahkan lubang disamping dan lubang dibawah dapat diperbesar. Yang penting media tidak keluar.
2. Pakai media tanam yang tidak banyak mengikat air atau mempunyai drainase dan aerasi udara yang bagus, sehingga guyuran hujan yang terus menerus tidak tersimpan dalam pot. Hindari pemakaian media sphagnum moss atau sabut kelapa, dimana keduanya mempunyai daya ikat air yang tinggi. Media yang bisa digunakan adalah arang kayu atau pakis.
3. Draenase dan aliran udara dalam kebun harus baik. Bila terjadi hujan, airnya bisa langsung terbuang tuntas. Tidak ada genangan-genanga air dikebun. Bisa ditambahkan kipas bila aliran udara kurang baik. Hal ini akan membantu penguapan sisa-sisa air hujan.
4. Untuk mengantisipasi pertumbuhan jamur maupun bakteri, spray secara rutin, seminggu sekali, dengan fungisida dan bakterisida. Dosis sesuai aturan pembuatnya.
5. Untuk menghindari kejadian overwatering, pemeliharaan dalam green house plastik sangat disarankan. Semuanya dapat dikontrol, termasuk kebutuhan air. Disamping juga kualitas bunga yang dihasilkan akan lebih baik dari kebun terbuka.
Sebenarnya hanya satu masalah air, namun dapat meluas dan menimbulkan masalah lainnya, termasuk penyakit dan kematian. Kecepatan dan ketepatan mengatasi hal ini sangat dibutuhkan. Agar terhindar dari kerugian yang lebih besar. Kelima hal diatas mudah-mudahan dapat menjadi dasar pemikiran bagi para hobiis yang mempunyai masalah dengan overwatering. Akan lebih baik mengantisipasi lebih awal dari pada sudah terlanjur terjadi kerusakan yang lebih parah. Salam anggrek selalu…. dan selalu waspada, musim hujan ini tidak menentu kejadiannya dengan curah yang sangat tinggi.
Saturday, May 14, 2011
Budidaya Kangkung Darat Semi Organik
Daun kangkung panjang, berwarna hijau keputih-putihan merupakan sumber vitamin pro vitamin A. Berdasarkan tempat tumbuh, kangkung dibedakan menjadi dua macam yaitu: 1) Kangkung darat, hidup di tempat yang kering atau tegalan, dan 2) Kangkung air, hidup ditempat yang berair dan basah.
Petanian Organik adalah sebuah bentuk solusi baru guna menghadapi kebuntuan yang dihadapi petani sehubungan dengan maraknya intervensi barang-barang sintetis atas dunia pertanian sekarang ini. Dapat dilihat, mulai dari pupuk, insektisida, perangsang tumbuh, semuanya telah dibuat dari bahan-bahan yang disintesis dari senyawa-senyawa murni (biasanya un organik) di laboratorium. Pertanian organik dapat memberi perlindungan terhadap lingkungan dan konservasi sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, memperbaiki kualitas hasil pertanian, menjaga pasokan produk pertanian sehingga harganya relatif stabil, serta memiliki orientasi dan memenuhi kebutuhan hidup ke arah permintaan pasar.
Teknologi Budidaya
1. Benih
Kangkung darat dapat diperbanyak dengan biji. Untuk luasan satu hektar diperlukan benih sekitar 10 kg. Varietas yang dianjurkan adalah varietas Sutra atau varietas lokal yang telah beradaptasi.
2. Persiapan Lahan
Lahan terlebih dahulu dicangkul sedalam 20-30 cm supaya gembur, setelah itu dibuat bedengan membujur dari Barat ke Timur agar mendapatkan cahaya penuh. Lebar bedengan sebaiknya adalah 100 cm, tinggi 30 cm dan panjang sesuai kondisi lahan. Jarak antar bedengan + 30 cm. Lahan yang asam (pH rendah) lakukan pengapuran dengan kapur kalsit atau dolomit.
3. Pemupukan
Bedengan diratakan, 3 hari sebelum tanam diberikan pupuk kandang (kotoran ayam) dengan dosis 20.000 kg/ha atau pupuk kompos organik hasil fermentasi (kotoran ayam yang telah difermentasi) dengan dosis 4 kg/m2. Sebagai starter ditambahkan pupuk anorganik 150 kg/ha Urea (15 gr/m2) pada umur 10 hari setelah tanam. Agar pemberian pupuk lebih merata, pupuk Urea diaduk dengan pupuk organik kemudian diberikan secara larikan disamping barisan tanaman, jika perlu tambahkan pupuk cair 3 liter/ha (0,3 ml/m2) pada umur 1 dan 2 minggu setelah tanam.
4. Penanaman
Biji kangkung darat ditanam di bedengan yang telah dipersiapkan. Buat lubang tanam dengan jarak 20 x 20 cm, tiap lubang tanamkan 2 - 5 biji kangkung. Sistem penanaman dilakukan secara zigzag atau system garitan (baris).
5. Pemeliharaan
Yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan air, bila tidak turun hujan harus dilakukan
penyiraman. Hal lain adalah pengendalian gulma waktu tanaman masih muda dan menjaga tanaman dari serangan hama dan penyakit.
6. Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
Hama yang menyerang tanaman kangkung antara lain ulat grayak (Spodoptera litura F), kutu daun (Myzus persicae Sulz) dan Aphis gossypii. Sedangkan penyakit antara lain penyakit karat putih yang disebabkan oleh Albugo ipomoea reptans. Untuk pengendalian, gunakan jenis pestisida yang aman mudah terurai seperti pestisida biologi, pestisida nabati atau pestisida piretroid sintetik. Penggunaan pestisida tersebut harus dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval dan waktu aplikasinya.
7. Panen
Panen dilakukan setelah berumur + 30 hari setelah tanam, dengan cara mencabut tanaman sampai akarnya atau memotong pada bagian pangkal tanaman sekitar 2 cm di atas permukaan tanah.
8. Pasca Panen
Pasca panen terutama diarahkan untuk menjaga kesegaran kangkung, yaitu dengan cara menempatkan kangkung yang baru dipanen di tempat yang teduh atau merendamkan bagian akar dalam air dan pengiriman produk secepat mungkin.
(sumber: http://jambi.litbang.deptan.go.id)
Beternak Cacing Lumbricus
SETELAH BERTELUR
selamat mencoba..
khasiat cacing untuk pengobatan penyakit
KHASIAT CACING LUMBRICUS RUBELLUS
Khasiat cacing tanah
Protein | 68% |
Asam glutamat | 8.98 % |
Treonin | 3.28% |
Lisin | 5.16% |
Glycine | 3.54% |