Sebanyak 2.000 tiang buah naga di lahan 2,5 ha milik Joko Suseno di Bangka Belitung, hanya menghasilkan buah berbobot maksimal 200 g. Rasanya pun agak hambar, tidak semanis di Thailand. Jenderal Soeyono di Yogyakarta pun mengalami hal itu. Sebanyak 240 pot beton berisi masing-masing 3 batang polyrhizus yang ditanam di tepi jalan penghubung Yogyakarta—Solo hingga sekarang hanya berbunga tapi tak menjadi buah.
Menurut Vincent Edi Yasin, pekebun buah naga di Jombang, Jawa Timur, jangan buru-buru menebang dan mengganti buah naga H. polyrhizus dengan superred H. costaricensis. Itu karena tak semua orang gagal mengebunkan polyrhizus. Vincent sudah 8 tahun memanen 21—23 ton polyrhizus/musim dari 9.000 tanaman dan memasarkannya ke pasar swalayan. Berdasarkan pengalaman Daniel Kristanto—pengelola kebun Vincent—bunga banyak rontok dan tak menjadi buah karena sulur terlalu banyak memunculkan bunga. "Bila 1 sulur ada 12 kuntum, maka energi dari sulur tidak cukup," katanya. Daniel mengatasinya dengan menyeleksi bunga. Ia hanya menyisakan 1—3 bunga pada setiap sulur. Bunga hanya disisakan 1 kuntum bila ingin memanen buah di atas 600 g. Bila ingin menghasilkan buah isi 2—3 buah/kg, sisakan 3 kuntum. Jarak antarkuntum minimal 20 cm. Tak perlu khawatir bunga rontok, karena bila rontok segera muncul bunga baru. Panjang sulur juga dipertahankan sepanjang 80—100 cm.
Untuk memperbaiki rasa yang kurang manis, Daniel melakukan pemupukan tepat. Pada peralihan fase vegetatif ke generatif-ditandai munculnya bakal bunga-berikan pupuk akar berkadar fosfor (P) dan kalium (K) tinggi. Daniel memberikan Urea, SP36, dan KCl dengan perbandingan 1:4:3 berdosis 16 g per tanaman. Pupuk itu diberikan 2 bulan sekali. Cara lain, pada saat bunga muncul, Daniel memberikan mono kalium fosfat (MKP) berdosis 40 g yang dilarutkan dalam 15 liter air. Larutan itu disemprotkan pada cabang produktif dan buah. Senyawa itu juga merupakan sumber P dan K dengan kadar masing-masing 22,8% dan 28,7%. MKP jauh lebih mudah diserap tanaman ketimbang KCl dan SP36. Pada saat pentil—setelah bunga layu—semprot dengan larutan giberelin 50 ppm pada pentil buah. Caranya dengan melarutkan giberelin serbuk 10% sebanyak 1 g dalam 2 liter air. Tambahkan pula boron dengan konsentrasi 3 g/15 liter air. Boron yang digunakan berasal dari diboron trioksida (B2O3) berkadar 48%. Perlakuan sama juga diberikan saat buah seukuran telur. Pengalaman Daniel, teknik itu mendongkrak tingkat kemanisan buah naga yang semula hanya 13—14o briks menjadi 16o briks.
No comments:
Post a Comment